Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Haryanto memimpin Kunjungan Lapangan Pengujian Statis (Test Cell) Bioavtur J2.4 di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aerosia, Tangerang (25/5) 2021.
Pengujian green avtur ini merupakan komitmen PT Garuda Indonesia untuk meningkatkan pemanfaatan green avtur untuk sektor transportasi di Indonesia. Saat ini rangkaian pengujian green avtur telah memasuki tahap kedua pengujian statis (test cell) menggunakan engine CFM56-3.
Haryanto mengapresiasi upaya Garuda Maintenance Facility dalam menyediakan fasilitas pengujian bioavtur yang akan diteliti bersama teman-teman dari ITB. Haryanto juga berterima kasih kepada BPDPKS yang memberikan dukungan pengujian bioavtur J2.4.
“Semoga pengujian ini berjalan lancar dan kita bisa tingkatkan pengujian ini ke tahap berikutnya, untuk mendukung pemanfaatan bahan bakar nabati di sektor transportasi penerbangan”, ujar Haryanto.
Green avtur yang diuji adalah dua variasi bahan bakar, yakni Jet A-1 dan Bioavtur J2.4. Untuk keperluan pengujian ini PT Pertamina memproduksi Bioavtur 2,4% (J2.4 stock on spec) sebanyak 20 kL. Bahan bakar menggunakan pengolahan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) / minyak sawit) di unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating) Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Pengujian untuk bahan bakar bioavtur J2.4 tahap kedua dilakukan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus menguji beberapa kondisi, antara lain ground idle, flight idle, accel dan melihat nilai beberapa parameter seperti density (panas yang ditimbulkan mesin), vibrasi mesin, oil pressure, dan performance. Nilai tersebut dibandingkan dengan hasil penggunaan Jet A-1 dengan nilai limitasi yang diberikan manufaktur mesin. Sebelum dilakukan engine test cell, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik bahan bakar yang akan digunakan.
Uji statis mesin (engine test cell) tahap pertama telah dilaksanakan pada 22-23 Desember 2020. Campuran bahan bakar menggunakan bioavtur 2% (J2) pada Engine CFM56. Bahan bakar Jet A1 yang digunakan sebanyak 10.900 liter dan green avtur J2 sebanyak 9.000 liter.
VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Jatmiko Herlambang Putra, mengatakan fasilitas pengujian atau test cell ini telah menggunakan berbagai mesin (engine) sejak tahun 1985. Sampai sejauh ini masih bisa dikembangkan untuk mesin generasi berikutnya. Fasilitas test cell di GMF dapat melakukan tes hingga 100.000 pound, rata-rata 100 engine per tahun.
“Beberapa mesin yang diuji pada test cell ini adalah series FM, DES 3, DES 5, DES 7 beberapa APU (Auxiliary Power Unit) termasuk APU untuk pesawat besar seperti untuk airbus 730”, kata Jatmiko.
Jatmiko merasa terhormat PT GMF Aero Asia dapat berperan dalam pengujian bioavtur. Ia berharap pengujian ini dapat berjalan baik dan dapat meningkatkan kemandirian energi, terutama kombinasi antara penggunaan avtur dengan kelapa sawit.
Hasil pengujian ini menjadi data penting sebagai dasar untuk mendapatkan persetujuan melakukan uji terbang, dengan masukan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Setelah pelaksanaan uji statis, akan dilakukan uji terbang yang menggunakan pesawat bermesin turboprop CN-235-220 milik PT. Dirgantara Indonesia (DI).
Rencana tersebut telah didiskusikan pada workshop yang dilaksanakan Direktorat Bioenergi pada 14 April 2021 lalu. PT DI sangat mampu dalam melakukan eksekusi uji terbang dan analisa data pengujian. Pesawat CN-235-220 yang akan digunakan pada uji terbang beregistrasi militer sehingga perlu dilakukan kerja sama yang harmonis antara Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) dan DKPPU dalam proses uji terbang.
Kegiatan pengujian statis tahap kedua di Garuda Maintenance Facility juga dihadiri VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Asisten Deputi Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan dan Petrokimia Kemenkoperekonomian, perwakilan Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara DKUPPU, Kementerian Perhubungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas KESDM, PPTMGB Lemigas, BPDPKS, ITB, SKK Migas, perwakilan PT Pertamina (KPI, Pertamina Aviasi, RTI), PT Dirgantara Indonesia, PT Garuda Indonesia, dan PT Citilink Indonesia.
Sesuai amanat Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, pemerintah terus berupaya meningkatkan kontribusi sektor energi dan transportasi menggunakan biofuel sebagai bahan bakar lain, termasuk green avtur. Sayangnya pemanfaatan green avtur di Indonesia belum dapat dilaksanakan secara optimal karena terkendala berbagai permasalahan di antaranya bahan baku, teknologi produksi dan keekonomian. Meski demikian pemanfaatan green avtur harus segera diaplikasikan terutama untuk penerbangan internasional yang telah mensyaratkan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) dalam dalam rangka penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). (DLP/DEB/ER)