Kebutuhan energi listrik nasional terus meningkat hingga sebesar 6.9% per tahun, sebaliknya ketersedian energi fosil sebagai sumber energi primer pembangkit tenaga listrik terus menurun. Untuk pemenuhan energi nasional, Pemerintah Indonesia melakukan
percepatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), dimana target pemanfaatan EBT nasional pada tahun 2050 diharapkan mencapai 31%.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengembangkan program Renewable Energy Based Industry (REBID) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar. Harga beli listrik dari empat jenis PLTA menggunakan skema FiT (Feed in Tarif). Empat jenis PLTA tersebut adalah (i) PLTA yang memanfaatkan tenaga aliran/terjunan air, (ii) PLTA yang memanfaatkan tenaga air dari waduk/bendungan atau saluran irigasi yang bersifat multiguna,(iii) PLTA ekspansi, dan (iv) PLTA Excess Power.
Indonesia memiliki potensi energi hidro sebesar 75.000 MW (Kajian PLN bersama Nipon Koei tahun 1983). Kemudian kajian dilanjutan dengan melakukan screening terhadap lokasi-lokasi potensial yang dirangkum dalam Hydropower Development Plan tahun 2011. Kajian ini meningkatkan kualitas data potensi hidro sehingga potensi semula 75.000 MW di 1.249 lokasi di screening menjadi 12.894 MW di 89 lokasi. Hasil kajian ini kemudian untuk dimasukan ke dalam rencana pengembangan pembangkit listrik hingga tahun 2027. Namun lokasi-lokasi tersebut telah menjadi milik PLN.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan peta potensi hidro terkini di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, NTB, NTT dan Papua yang dapat diakses oleh umum. Potensi hidro pada laporan ini telah diperbaharui dari data studi sebelumnya dengan mempertimbangkan pembaruan data debit air, head dan pemanfaatan teknologi System Informasi Geografis (SIG).
Pada periode 2020-2021 P3tek KEBTKE berkerjasama dengan Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air (dulunya PUSAIR) untuk terus mengembangkan metoda pembuatan peta potensi hidro dengan metoda estimasi terbaru perhitungan debit andalan berdasarkan pemodelan WFLOW (sebuah model hidrologi) sehingga menghasilkan peta potensi hidro yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Selain itu metoda baru ini cara perhitungan head. Sebagai gambaran beberapa perbaikan metode pada tahun 2020 selengkapnya adalah sebagai berikut:
- Debit andalan dihitung menggunakan pemodelan WFLOW berdasarkan data curah hujan (Rainfall Runoff)
- Perbaikan data head sungai, menggunakan Digital Elevation Modeling (DEM) 30 meter yang dikembangkan oleh P3Tek KEBTKE untuk menghasilkan data elevasi sungai yang lebih baik.
Ketersediaan air digunakan debit andalan Q90 sesuai dengan SNI 6738:2015
Peta potensi meliputi seluruh pulau-pulau besar di Indonesia.
Data potensi meliputi mikrohidro, minihidro, dan PLTA
Verifikasi hasil pemetaan dilakukan dengan tujuan mengukur akurasi lokasi-lokasi indikatif terhadap kajian-kajian sebelumnya, serta lokasi-lokasi eksisting baik yang telah ada pembangkit hidro ataupun masih berupa rencana pembangunan pembangkit hidro. Data yang digunakan sebagai verifikasi adalah data Hidro Inventory Study (PLN - JICA 1997), data Pembangkit Tenaga Hidro Eksisting (DJK, 2020), data RUPTL 2019-2028 (PLN 2019), Lokasi FS dan Pra-FS (PLN 2017), Lokasi Pra-FS (Para Konsultan), dan data Pra-FS (P3TKEBTKE, 2019).
Hasil Peta Potensi Energi Hidro Indonesia ditampilkan dalam bentuk peta dan buku atlas yang meliputi Peta Atlas Potensi Energi Hidro Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Kapasitas Daya Pembangkit pada laporan dikelompokkan berdasarkan klasifikasi pada SNI 8396:2019. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah lokasi potensial se-Indonesia sebanyak 52.566 lokasi dengan total potensi energi hidro Indonesia dengan system Run Off River ini sebesar 94.627 MW. Modeling Peta ini telah diverifikasi berdasarkan kajian-kajian yang ada dengan jumlah kecocokan sebanyak 776 lokasi se Indonesia.
Keseluruhan data potensi energi hidro Indonesia kemudian di kompilasi menjadi satu kesatuan dan di sajikan dalam peta Indonesia. Hasil peta ini akan dilampirkan dalam ukuran A0 pada akhir laporan. Untuk mempermudah pembacaan peta ini, tim akan membagi-bagi menjadi 7 buku atlas seperti gambar 83 yaitu Atlas Sumatera, Atlas Jawa, Atlas Kalimantan, Atlas Sulawesi, Atlas Maluku, Atlas Papua, dan Atlas Bali, NTB, NTT. Keseluruhan Peta dan Buku Atlas akan disosialisasikan setelah pengajuan HKI oleh P3TEK KEBTKE.
Gambar 1. Peta Potensi Energi Hidro Indonesia
Gambar 2. Struktur pembagian Buku Atas Potensi Energi Hidro Indonesia